YouTube
Kamis, 31 Januari 2013
KISAH TRAGIS SANG FOTOGRAFER
Kata orang hidup ini bagikan roda, roda yang yang selalu berputar, begitu juga kehidupan manusia, akan berubah dan tak bisa dihindari.Kemapanan hari ini belum tentu bisa bertahan sampai esok Kekurangan hari ini siapa tau akan menjadi awal kesuksean .. Lebih baik berangkat dari segala kekurangan namun mau melalukan perbaikan. Tidak kenal menyerah serta mau memaksimalkan apa yang dimiliki . Selalu melihat kedepan dan mensiasati apa yang akan terjadi. Barangkali itulah cara yang terbaik agar kita tak tergilas jaman.Tak perlu menghindari tantangan , karena tantangan itu datang untuk diatasi bukan untuk dihindari dan menempa kita jadi manusia tangguh.
Sekelumit cerita dibawah ini bukan bermaksud mengeksploitir nasib orang, tapi sekedar bahan instrospeksi, agar keterpurukan tidak menimpa kita.
Temanku, dia pernah menjadi fotografer kondang, relasinya masyarakat biasa sampai pejabat terpandang .
Itu dulu, sekarang dia menjadi fotografer yang malang
Dulu
Jumlah fotografer bisa dihitung dengan jari
Persaingan terjadi tak sedahsyat hari ini
Masyarakatpun tak terlalu banyak tuntutan
Tapi harga jual foto cukup lumayan.
Sekarang
Jumlah fotografer bertebaran tak terhitung lagi
Persaingan hebat menjadi semakin tak terkendali
Masyarak semakin kritis dan banyak tuntutan
Sementara harga foto dijual banting-bantingan
fotograferpun harus punya keahlian
mengedit, koreo dan ilmu pemasaran.
Dibalik kesuksesannya saya liat basic fotografinya biasa-2 aja.
Kenapa sukses ? Mungkin saat itu dia sedang maksimal atau kondisi saat itu cukup bersahabat mungkin juga dewa fortuna sedang merapat
Kecilnya persaingan dan tantangan tentu saja memberikan kenikmatan dan kenyamanan, tapi juga bisa menjadi boomerang. Bagi mereka yang lalai akan sebuah nilai perjuangan.
Saking exisnya, ketika era digital datang dia sambut dengan sikap adem ayem bahkan sinis. merasa tanpa kamera dan olah digitalpun foto mereka masih laku.Mereka tidak sadar bahwa dibalik munculnya era digital lahirlah fotografer muda2 berbakat. Mereka hadir dengan segala kemasan yang serba memikat.Orangnya ( keren2 ), alatnya ( canggih2 ), koreonya ( up to date ), editingnya ( luar biasa) . Seakan mendepak gaya2 lama dengan tampilan yang itu2 saja. Gaya yang tak berani keluar dari pakem sehingga inovasi mandeg.
Beliau baru sadar kalo makin kesini pelanggan makin menghilang. Job dari perias tak pernah lagi datang, Bahkan harus berlapang dada saat orang 2 terdekatnya, tetangga sekitar rumahnya tak lagi pernah memakai jasanya.Hilang pelanggan hilang rejeki. Maka gancanglah ekonomi. Hari-hari terasa tak kuat mendengar jeritan anak istri.Pilu rasanya. Saat berdampingan dengan fotografer muda ingin rasanya kepalan tangan ini menonjok mukanya, mereka telah tega mendepaknya. Didekatnya merasa seakan akan dirinya adalah fotografer yang tak ada apa-apanya. . Tapi ini bukan salah mereka, ini memang salahnya sendiri
Andai saja perubahan ini dulu di antisipasi. Dengan mengupgrade apa yang mestinya perlu diperpaiki tentu nasibnya tak separah sekarang.
Kini penyesalan muncul. Kenapa saya terlambat. Beli alat sudah habis modal mau kredit takut ga bisa nyicil lagian relasi udah pada ngacir.Sisa kamera analog dan asesoris tuanya hanya bisa mengasilkan foto yang blur dan over exposure. Mencoba pinjam kamera digital temannya justru salah setting melulu. Foto kadang over kadang under yang pasti banyak blur.Maka tak heran makian konsumen sudah menjadi makanan rutin buatnya. musim panen kinipun tak ada lagi buatnya. bulan sura dan sadran sama saja
Ditingglkan relasi cukup membuat pilu hatinya. Namun ada kepiluan yang lebih menyayat hatinya.ketika orang orang yang dicintaipun meninggalkannya, putra putri sedang menginjak remaja dan istri yang selama ini setia. Semua pergi karena tak sanggup menahan goncangan periuk nasi yang terjadi selama ini.
Kini .... saat sendiri, dia kembali berjualan baju keliling, profesi awal yang dulu pernah ditekuni, sementara pada fotografi sudah tak ada harapan lagi. Good bye fotografi .....
Sumber Rubiyono fotografernet
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar